Tutorial minggu 7
pokok bahasan :
Demografi dan kependudukan
sub poko bahasan
: masalah kependudukan di indonesia
tugas :
1.
Mahasiswa
dapat mengidentifikasi masalah-masalah kependududkan di indonesia
Fertilitas dalam pengertian demografi adalah kemampuan riil
seorang
wanita untuk melahirkan,
yang dicerminkan dalam jumlah bayi yang
dilahirkan.
Konsep konsep Fertilitas ( Kelahiran )
1. Lahir hidup ; (Live birth)
menurut UN & WHO, adalah kelahiran seorang bayi
tanpa memperhitungkan lamanya
di dalam kandungan, dimana si bayi
menunjukkan tanda-tanda
kehidupan, misalnya : bernafas, ada denyut jantung
atau denyut tali pusat atau
gerakan-gerakan otot.
2. Lahir mati ; (Still birth) adalah kelahiran
seorang bayi dari kandungan yang
berumur paling sedikit 28 minggu, tanpa
menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
3. Abortus adalah kematian bayi dalam kandungan
dengan umur kehamilan
kurang dari 28 minggu. Abortus dibagi atas ;
disengaja (induced) dan tidak
disengaja (spontaneous)
Induced
abortion dapat :
a. Berdasarkan alasan medis , misalnya : karena
mempunyai
penyakit jantung yang berat
sehingga membahayakan jiwa si ibu .
b.
Tidak berdasarkan alasan medis.
4. Masa
Reproduksi (Child bearing age)
Masa
dimana wanita mampu melahirkan, yang disebut juga usia subur ( 15 – 49 tahun. Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan penduduk
diakibatkan oleh 4 komponen yaitu kelahiran (fertilitas),
kematian (mortalitas), in-migration ( migrasi masuk ) dan out-migration (migrasi keluar).
kematian (mortalitas), in-migration ( migrasi masuk ) dan out-migration (migrasi keluar).
·
Masalah
akibat angka kelahiran
Jika fertilitas semakin meningkat maka akan menjadi beban
pemerintah dalam hal penyediaan aspek fisik misalnya fasilitas kesehatan.Selain
itu pertumbuhan penduduk akan semakin meningkat tinggi akibatnya bagi suatu
negara berkembang akan menunjukkan korelasi negatif dengan tingkat
kesejahteraan penduduknya.
·
Masalah
akibat angka kematian
Semakin bertambah angka harapan hidup berarti perlu
adanya peran pemerintah dalam menyediakan fasilitas penampungan dan penyediaan
gizi yang memadai bagi anak balita.Sebaliknya apabila tingkat mortalitas tinggi
akan berdampak terhadap reputasi indonesia di mata dunia.
·
Masalah
Jumlah Penduduk
Masalah yang timbul akibat jumlah penduduk adalah aspek
ekonomi dan pemenuhan kebutuhan hidup keluarga karena banyaknya beban
tanggungan sehingga sulit untuk memenuhi gizi yang dibutuhkan.
·
Masalah
mobilitas Penduduk
Pertumbuhan penduduk perkotaan selalu menunjukkan
peningkatan yang terus menerus hal ini disebabkan pesatnya perkembangan ekonomi
dengan perkembangan industri pertumbuhan sarana dan prasarana jalan perkotaan.
Selain itu, semakin banyak terjadi urbanisasi karena
orang-orang desa yang dulunya kecukupan pangan namun tidak menikmati pembangunan
mulai berbondong-bondong pindah ke kota. Generasi muda tidak ada yang mau
menjadi petani.
·
Masalah
Kepadatan Penduduk
Ketidakseimbangan kepadatan penduduk ini mengakibatkan
ketidakmerataan pembangunan baik fisik maupun nonfisik yang selanjutnya
mengakibatkan keinginan pindah semakin tinggi.
Dampak
Permasalahan Penduduk Terhadap Lingkungan
Indonesia merupakan
salah satu negara dengan kekayaan dan keragaman alam serta budaya yang luar
biasa. Indonesia merupakan negara mega biodiversity kedua setelah Brazil.
Indonesia memiliki 42 ekosistem darat dan 5 ekosistem yang khas. Indonesia juga
memiliki 81.000 km garis pantai yang indah dan kaya. Luas ekosistem mangrove di
Indonesia mencapai 22 % dari seluruh luas mangrove di dunia.
Sebagaimana kita
ketahui bersama, Indonesia merupakan negara dengan nomor urut keempat dalam
besarnya jumlah penduduk setelah China, India, dan Amerika Serikat. Menurut
data statistik dari BPS, jumlah penduduk Indonesia saat ini adalah 225 juta
jiwa, dengan angka pertumbuhan bayi sebesar 1,39 % per tahun. Angka pertumbuhan
ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan angka pertumbuhan bayi pada tahun
1970, yaitu sebesar 2,34%. Dengan jumlah penduduk sebesar 225 juta jiwa, maka
pertambahan penduduk setiap tahunnya adalah 3,5 juta jiwa. Jumlah itu sama
dengan jumlah seluruh penduduk di Singapura. Lonjakan penduduk yang sangat
tinggi atau baby booming di Indonesia akan berdampak sangat luas, termasuk juga
dampak bagi ekologi atau lingkungan hidup. Hal itu dapat mengganggu
keseimbangan, bahkan merusak ekosistem yang ada. Menurut Poo Tjian Sie,
coordinator Komunitas Tionghoa Peduli Lingkungan Hidup, lingkungan hidup adalah
kesatuan ekosistem atau system kehidupan yang merupakan kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, (tatanan alam),dan makhluk hidup, termasuk manusia
dengan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Dengan jumlah
penduduk sebesar 225 juta jiwa, membuat tekanan terhadap lingkungan hidup
menjadi sangat besar. Paling tidak, 40 juta penduduk hidupnya tergantung pada
keanekaragaman hayati di pantai dan perairan. Pada saat yang sama, bahwa sekitar 20% penduduk Indonesia hidup di bawah
garis kemiskinan. Sekitar 43%
penduduk Indonesia masih tergantung pada kayu bakar. Dan pada tahun 2003, hanya
33% penduduk Indonesia mempunyai akses pada air bersih melalui ledeng dan
pompa. Tahun 2000, Jawa dan Bali telah mengalami defisit air mencapai 53.000
meter kubik dan 7.500 meter kubik, sementara di Sulawesi 42.500 meter kubik.
Saat yang sama banjir telah melanda di berbagai tempat di Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa penduduk Indonesia telah salah mengelola air di Bumi ini.
Dampak lonjakan
penduduk di Indonesia terhadap lingkungan hayati, sudah dapat kita lihat sejak
tahun 2001, laporan Bank Dunia menyebutkan, bahwa luas hutan mangrove di
Indonesia mengalami penurunan yang sangat signifikan, dari 4,25 juta hektar
pada tahun 1982, menjadi 3,24 juta hektar pada tahun 1987 dan menjadi hanya
2,06 juta hektar pada tahun 1995. Di sektor kehutanan telah terjadi deforestasi
yang meningkat dalam dekade ini. Bank Dunia (2003) dan Departemen Kehutanan
melaporkan tingkat deforestasi di Indonesia telah mencapai lebih dari dua juta
hektar per tahun. Apabila tingkat kehilangan hutan ini tetap 2 juta hektar per
tahun, maka 48 tahun ke depan, seluruh wilayah Indonesia akan menjadi gurun
pasir yang gundul dan panas. Lautan di Indonesia juga mengalami kerusakan
terumbu karang. Data dari Bank Dunia bahwa saat ini sekitar 41% terumbu karang
dalam keadaan rusak parah, 29% rusak, 25% lumayan baik, dan hanya 5% yang masih
dalam keadaan alami. Sekitar 50% hutan bakau di Sulawesi telah hilang (sebagian
besar menjadi tambak udang). Beberapa kawasan juga mengalami pencemaran. Ini
terjadi di kawasan-kawasan yang sibuk dengan kegiatan pelayaran, atau perairan
yang bersinggungan dengan kota-kota besar, seperti perairan teluk Jakarta dan
Surabaya.
Menurut Ir. Boby
Setiawan MA., PhD, Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup UGM, untuk mamalia
terdapat sekitar 112 jenis yang terancam punah di Indonesia. Sementara untuk
burung, terdapat sekitar 104 jenis yang mengalami ancaman serius.
Menurut Malthus,
pertumbuhan jumlah penduduk, bila tidak dikendalikan, akan naik menurut deret
ukur (1,2,4,8,dst). Produksi pangan meningkat hanya menurut deret hitung
(1,2,3,4,dst). Di Indonesia dengan ledakan penduduk saat ini, mengakibatkan
dampak sosial yaitu mengalami krisis pangan. Bahkan di dunia pun terjadi krisis
pangan global.
Selain itu, semakin
banyak terjadi urbanisasi karena orang-orang desa yang dulunya kecukupan pangan
namun tidak menikmati pembangunan mulai berbondong-bondong pindah ke kota.
Generasi muda tidak ada yang mau menjadi petani.
Tahun 2008
dicanangkan sebagai tahun sanitasi sedunia. Jumlah penduduk yang melonjak
dipastikan menambah persoalan sanitasi. Sekitar 1 juta jamban di kawasan Jabotabek dibangun dengan
jarak kurang dari 10 meter dari sumur. Jika penduduk kota terus melonjak, entah
karena urbanisasi atau kelahiran alami, sementara jumlah WC nya tetap bisa
dibayangkan sendiri akan menjadi apa jamban tersebut. Kualitas hidup di kota
menjadi merosot. Beragam penyakit seperti diare akan menyebar.
Ujung dari semua
ledakan penduduk itu adalah kerusakan lingkungan dengan segala dampak ikutannya
seperti menurunnya kualitas pemukiman dan lahan yang ditelantarkan, serta
hilangnya fungsi ruang terbuka. Dampak lonjakan populasi bagi lingkungan
sebenarnya tidak sederhana. Persoalannya rumit mengingat persoalan terkait
dengan manusia dan lingkungan hidup. Butuh kesadaran besar bagi tiap warga
negara, khususnya pasangan yang baru menikah, untuk merencanakan jumlah anak.
Gambaran
Umum Pengaruh Kependudukan Terhadap Lingkungan
Lingkungan alam ini
saling berhubungan karena setiap organisme, dari kuman untuk ikan paus kepada
orang-orang, adalah bagian dari rantai makanan yang bergantung pada habitat
yang sehat untuk bertahan hidup.” Sebagai penduduk tumbuh, ada yang kurang dari
sumber daya dunia bagi setiap orang, pribadi kita sepotong kue semakin kecil.
Pernyataan itu menyiratkan bagaimana tindakan manusia dan bahkan semakin banyak
orang yang membutuhkan sumber daya, dampak negatif terhadap lingkungan.
Daya dukung merujuk
pada jumlah orang bumi dapat mendukung secara berkelanjutan. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tingkat pemanfaatan sumber daya dan
distribusi sumber daya. Daya dukung diperkirakan di berbagai derajat dari angka
terendah satu miliar sampai sekitar 44 milyar. Daya dukung telah ditingkatkan
oleh ilmu pengetahuan dan diperkirakan bahwa jika Dunia melebihi “daya dukung”
nya maka ilmu akan menjadi harapan terakhir kami untuk menemukan solusi.
Peran
Teknologi Dalam Lingkungan Hidup
Teknologi saat ini,
kebijakan, dan pengaruh budaya hubungan antara dinamika populasi manusia dan
lingkungan alam. Perubahan teknologi yang paling terpengaruh kondisi lingkungan
yang berhubungan dengan penggunaan energi. Konsumsi minyak, gas alam, dan
batubara meningkat secara dramatis selama abad kedua puluh. Sampai sekitar
tahun 1960, negara-negara maju bertanggung jawab untuk kebanyakan konsumsi ini.
Sejak itu, bagaimanapun, industrialisasi di negara-negara berkembang yang baru
telah mengakibatkan ketergantungan lebih besar pada intensif dan sangat
mencemari proses produksi-sumber daya.
Sumber :
2.
Mengidentifikasi
cara penyajian data
a. Piramida
Penduduk berbentuk pohon Cemara
b. Gambar
Piramida berbentuk Pagoda Positif
c. Gambar
Piramida Penduduk Berbentuk Lonceng
d. Piramida
Penduduk Berbentuk Bawang
Ketentuan-ketentuan dalam pembuatan Piramida
Penduduk :
1. Penduduk disusun dengan interval 5 tahun. Untuk
golongan umur dibawah 5 tahun dapat
digunakan 0 – 1 tahun kemudian di ikuti dengan umur 1 – 4 tahun atau langsung 1 – 4 tahun.
2. susunan penduduk di mulai dari umur muda yang
diletakkan di bawah sebagai alas kemudian di susul dengan umur yang lebih tua
secara berurutan hingga golongan umur paling tua terletak di puncak piramida.
3. Absis menyatakan persentasi
terhadap seluruh penduduk.
4. Ordinat menyatakan strata
golongan umur.
5. Masing-masing jenis kelamin digambar tersendiri dan
laki-laki di gambar sebelah kiri sedangkan wanita di gambar disebelah kanan.
6. Lebar batang yang di gambar
harus sama dan menyatakan interval umur, batang digambar dengan skala yang sama
atau dengan rasio yang sama antara sumbu horizontal dan sumbu vertikal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar